Gema, Dari Mana Asalnya ?

Kalian pasti pernah merasakan diikuti oleh suara setelah kalian berteriak ketika di gua atau di tempat-tempat tertentu lainnya. Ya, suara yang mengikuti kalian tersebut adalah gema. Bagaimana gema bisa terjadi ? Simak cerita berikut.

Gelombang bunyi dapat memantul ketika mengenai penghalang namun pemantulan gelombang bunyi tidak dapat dilihat dengan mata, melainkan hanya bisa didengarkan. Hal itulah yang menyebabkan gema. Dengan kata lain, gema terjadi akibat bunyi yang kita keluarkan dipantulkan oleh sebuah dinding atau permukaan tertentu lalu dikembalikan lagi ke telinga kita beberapa saat kemudian.

Gema hampir sama terjadinya dengan gaung. Namun, gema hanya terjadi bila sumber bunyi dan pemantul dindingnya berjarak jauh. Untuk menghasilkan gema yang dapat didengar dengan jelas oleh sumber suara, dinding pantulan minimum harus berjarak sekitar 15 meter dari sumber suara tersebut. Suara pantulan yang terjadi dengan jarak di bawah minimum tersebut disebut dengan gaung.

Gema dapat terjadi di alam terbuka seperti lembah atau jurang. Semakin panjang jaraknya, semakin lama pula tenggang waktu antara bunyi asli dan gema. Bila kita terlalu dekat, telinga kita tidak dapat menangkap gema yang datang hampir bersamaan. Bila kita berteriak di tempat luas, terkadang kita akan mendengar pantulan suara kita. Berbeda dengan gaung, pemantulan pada gema terjadi setelah bunyi selesai diucapkan.

Proses terjadinya gema dimanfaatkan manusia untuk mengukur kedalama laut. Caranya dengan memantukan suara ke dasar laut. Selain itu, gema juga dapat digunakan oleh nelayan untuk mencai ikan. Sebuah sumber bunyi dirambatkan ke dalam air sehingga menjalar ke segala arah. Jika di bawah kapal nelayan ada segerombolan ikan, gelombang bunyi akan dipantulkan ke atas dan diterima oleh alat yang dapat menangkap pantulan gelombang bunyi tersebut. Selisih waktu antara bunyi asli dan gemanya, setara dengan dalamnya air.